Pengajar Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Armi Susandi, MT mengungkapkan hal ini saat dihubungi Kamis (16/9).
"Jakarta berada di kawasan yang lebih rendah dibandingkan permukaan air laut. Tanpa aturan yang benar, wilayah Jakarta akan segera tenggelam.”
Sebagai contoh, dini hari tadi, Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara, arah Ancol menuju Tanjung Priok sepanjang sekitar 103 meter ambles sedalam tujuh meter. Akibatnya, jalur dari Ancol ke Tanjung Priok terputus hari ini. Kejadian itu diduga akibat intrusi air laut.
“Tanah di Jakarta Utara makin tinggi penyerapan airnya karena eksplorasi air tanah. Masuknya air laut sudah begitu cepat ke daratan Jakarta. Ini sangat berbahaya,” kata Armi lagi.
Pada mulanya, tanah Jakarta padat. Namun tingginya konsumsi air tanah menyebabkan muncul rongga-rongga di dalam tanah. Selanjutnya, rongga itu diisi oleh air laut. Karena tingkat kepadatan berbeda dibandingkan sebelumnya, tanah Jakarta tidak sepadat dulu sehingga rentan ambles dan retak.
“Permukaaan Jakarta sejak dulu memang lebih rendah daripada permukaan laut. Namun penyerapan air laut menjadi sangat cepat saat ini,” kata Armi.
Ada dua alasan yang menyebabkan Jakarta akan segera tenggelam jika tidak ada perbaikan sistem, ungkap Armi. Pertama, tanah Jakarta memiliki beban bangunan yang begitu tinggi.
“Semakin tinggi bangunan, maka semakin besar kuantitas air yang dibutuhkan. Selain itu, kemungkinan besar tidak sanggup menahan beban karena tidak lagi padat.”
Kedua, eksploitasi air tanah yang berlebihan. Berdasarkan keterangan Armi, PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Jakarta hanya mampu menyediakan 70% jumlah kebutuhan air masyarakat.
“Sisanya masyarakat sendiri yang mencari. Salah satunya dengan konsumsi air tanah." Yang terburuk, 25% wilayah Jakarta akan tenggelam di 2050, tandas Armi.
sumber
Artikel Terkait: